Pages

Jumat, 16 Juli 2010

Long time disable :(

Hi all blogwalkers...Good evening all!!!

Saya bisa bilang gini....hauuuuh, yaaaa saya ga bisa blogging alias vakum....pas kemaren pastinya karena MOS dan something important.... (weisss)
Sebenarnya akhir-akhir ini saya baru nyadar kemampuan keyboard kesayangan saya..Yamaha PSR-290 bisa dinaikin dan diturunin oktafnya (hng...jadi mirip piano gitu...jadul jadul juga keren...hehehe) Kesimpulannya, saya lagi seneng mainin lagu yang butuh nada tinggi dengan cara naikin oktafnya sampe dua kali sambil nyanyi...facebook pun terbengkalaikan...blog ga update, nah pas buka fb hari ini liat di wall temen aku ngamuk blog aku isinya membosankan (bored...yeah...a lot of last post...hehehe).
Dan buat apa saya hadir di sini kalo bukan cerita soal MOPD/MOS? Yeah, just go to the point...

Hari pertama...pengenalan situasi dan sorenya disuruh bawa barang-barang kode...alhasil sore itu saya dan ibu saya (plus temen kerjanya) langsung pergi ke pusat perbelanjaan besar di kota tempat sekolah, rumah saya memang beda distrik dan hasilnya pulang kemalaman dan kurang tidur karena ngerancang topi, nyiapin alat-alat...dll

Hari selanjutnya...barang2 aneh dibekal dan dibawa dan kita belajar bisnis (maksudnya ngejual dengan modal dikit dan untungnya gede-->tujuan utama) Nah...untungnya tujuan utama itu kesampaian sampai bingung ngitung penghasilannya (karena banyak...kebetulan saya bagian bendahara dan yang ngebelanjain modal juga saya...)

Hari berikutnya seperti MOPD biasa...ada acara marah-marahan terkait rasa disiplin dan hormat (berikut hal kecil macam buku ketinggalan di area jualan pun ikut dibahas...)

Berikutnya kita camp di daerah Sukahurip...Tasikmalaya. Kita bareng-bareng ke sana lewat jalur Cihaurbeuti. Nyampe di sana langsung ada games, ceramah (maksudnya tausyiah)...makan, terus tidur yg normal (ga kemalaman)...
Nah...pas hari kedua, kita siap-siap...berhubung aku ikutan naik gunung (ke puncak gunung sekitar 800 meter di atas permukaan air laut). Nah, aku baru ngerasain kalo ini bener-bener menjelajah beneran. Gimana nggak? Yang menjelajah biasanya dikasih tau alur (jalannya...gitu), nah...di sini setiap tujuan udah ditandain, apakah itu mesjid, pohon, atau bendera...yang jelas kita ngukur derajat pake kompas dan nyari jalan sendiri apakah itu ke pematang sawah yang licin...(maklum...malamnya hujan walaupun nggak terlalu besar tetep aja basah). Dan sesekali lewat sungai, main serodotan di jalan menurun yang ampir-ampir 180 derajat itu. Aku kebagian "nembak" pake kompas tembak dan tentunya dapat panduan dulu (untung cepet ngerti) dan aku sendiri yang nulis tempat yang dilalui, point penting...yang nantinya harus dikumpulin. Nyampe-nyampe kotor abis dan langsung nyebur di rumah warga setempat (makasih ya buat yang udah ngijinin saya numpang mandi di rumah ibu...maaf ngerepotin) (T_T)
After that...biasa game lagi...dan malamnya langsung debat (geregetan pengen ikutan...biarin bos saya ga ikut juga...) Berakhir dengan tidur...dan langsung dibangunin jam 02.00 tengah malam, berdiri semuanya di lapang lama banget (sampai hari ini pun kaki saya masih pegel-pegel dan diobatin terus tiap malamnya)...dan kita dimarah-marahin lagi...

Saya mikirnya gini: Pas MOS SMP dulu, sekali dimarah-marahin...SMA dua kali...kuliah?
Saya ngarepnya nggak dimarahin segitunya...walaupun MOPD bikin disiplin waktu...taat aturan...ujungnya ya gimana orangnya juga, kalo ga niat ya langgar lagi...marahin lagi...langgar lagi...dst...

Yaah...tangan udah mulai pegel dan akhir-akhir ini tulisan saya semakin acakadut keseringan ngetik...hehehe :D

KEEP POSITIVE!!!

See U all.....maaf kalo banyak vakum untuk sekarang mulai lagi perjuangan ngejar target saya :)

Jumat, 02 Juli 2010

My First Award! :)

Hi all blogwalkers! Good afternoon... ^^
Saya baru dapet award...(dan ini masih masuk awal Juli *ngarep gaji padahal masih pelajar*). Ini dari teman saya sesama blogwalkers...rezarenaldi.

Nah...award dan tag ini (sekaligus) harus saya sebarkan ke...5 orang (yang paling penting ya Aang saya itu...hehehe...
Ini adalah award yang pertama kali saya terima *thank you very much friends!* Semoga bulan ini bulan keberuntungan saya :)
Oya...Jawaban tag-nya...

1. Apa nama blog kamu?

Queening-me

2. Apa tema blog kamu?

Apapun hal yang menarik, berbagai cerita, tentang kehidupan di sekitar saya...teman-teman...cerita buatan saya, dll

3. Bagi kamu blog itu apa sih?

Fungsi utamanya sebagai tempat sharing dan berbagi informasi. Cerita tentang keseharian saya, kucing-kucing saya *nyaaa*, atau berbagai informasi lain termasuk kalau lagi mood bereksperimen di dapur...khu...khu...

4. Apa yang kamu cari atau tujuan kamu nge-blog?

Yang saya cari: informasi menarik dari teman-teman semuanya :)
Tujuan saya: Untuk berbagi cerita, menambah teman (selain di jejaring sosial), dan sebagai hobi di waktu luang selain membaca, main keyboard, dan menggambar...

Award ini akan saya kirim untuk 5 orang terdekat saya ....^^

Kamis, 01 Juli 2010

(RED) Part 7: Remembering Past

Beberapa saat kemudian, keluarga angkat Mia datang, tidak terkecuali tante Risa, namun ia tidak datang bersama suaminya. Ibu angkat Mia langsung masuk ke ruangan VIP dan menemui Mia di sana.


“Kamu nggak apa-apa nak?”

“…”


Mia keheranan, ia kehilangan ingatan dan harus memulai semuanya dari nol. Mendapat pertanyaan seperti itu pun ia tidak bisa menjawabnya dengan tegas seperti biasa. Ia tidak ingat apa yang dilakukannya kemarin, semalam, bahkan kenapa ia bisa terbaring seperti sekarang. Saat ini, ia hanya bisa menggeleng jujur.


“…?”

“Kamu tidur aja, kondisimu belum pulih benar…”


Mia lantas tertidur. Di sisinya sekarang hanya ada ibu angkatnya, ayah angkatnya, dan teman-temannya yang menemaninya sejak tadi.

***

“DIAM!!!”


Mendengar teriakan seperti itu, Mia dengan cepat menutup mulutnya. Suasana belantara yang liar semakin terasa dengan teriakan bagaikan harimau yang sedang mengaum di tengah kegelapan malam. Mia sekarang digendong oleh seorang laki-laki dewasa—entah siapa, yang pasti Mia tahu ia tengah akan diculik seperti hal yang dulu pernah didengarnya saat menonton berita di TV. Saat mencapai sebuah rumah yang kosong tak berpenghuni, Mia diikat dan mulutnya dibekap dan ia ditinggalkan sendirian di sana. Ingin ia mati saat itu, karena tidak kuat menahan sakit luka cambuk yang dideritanya sejak awal masuk sampai sekarang. Ia tak tahu harus bagaimana sekarang, pintu tua itu terkunci, mengunci gerakan perempuan itu di dalam sebuah gudang yang penuh dengan debu. Lalu, ia teringat kata-kata orang yang menculiknya tadi.


“Kamu jangan keluar sebelum aku mengeluarkanmu, jangan mengeluarkan suara, dan jangan coba-coba menghubungi teman-temanmu di sana!”


Mendengar bentakan itu, tubuh Mia semakin menggigil dan berkeringat dingin. Di luar, laki-laki itu tampak tersenyum puas tanpa menyadari ada seseorang yang akan membalas telak perbuatannya di belakang…

***

Di dimensi ini, Mia sudah tidak asing lagi. Mia yang ada di dunia ini masih punya ingatan, dan masih mengingat apa yang ia lakukan kemarin. Gadis itu mengenakan mantel dengan panjang selutut dan sweater hitam di dalamnya, ia juga memakai sepatu boot dan syal berwarna cokelat seperti warna serupa mantelnya. Hanya yang membuat ia keheranan adalah wujud dimensi ini, bukan ruangan gelap, bukan sebuah kamar…melainkan jalanan di tengah turunnya salju di mana pepohonan di sekitarnya sudah ditutupi gumpalan salju. Ia sendiri tengah berjalan sendirian di sana, menyusuri beberapa labirin yang sepi, sesaat kemudian ia mendapat tepukan halus dari belakang.


“Desta?”

“…Kamu masih ingat…aku?”

“Tentu saja! Memengnya aku ini pura-pura tidak ingat?”

“Nggak…hanya saja, baru tadi kau kehilangan ingatan, kau tidak mengingat kami…”

“Kami?”

“Aku…Rika…dan Shiroi.”

“Maaf, tampaknya aku yang itu sudah melupakan kalian, tapi bisa saja aku ingat lagi…”

“…?”

“Lalu mereka sendiri ke mana?”

“Shiroi di bawah pohon, Rika di taman rumahmu.”

“Ru…mahku? Ini kaan…”

“Yaa…dunia ini adalah interpretasi dari sebuah dunia yang kau inginkan.”

“Lalu, siapa yang mengajak aku ke sini?”

“Kamu tidur kan?”

“Iya…”

“Tepatnya ini alam bawah sadarmu…kamu pernah membayangkan ini kan?”

“…Mungkin…aku tidak ingat.”

“Kalau begitu, aku tanya kau sekarang…kamu sehari lagi akan menjadi kelas berapa?”

“…Dua, bukannya ulangan akhir semester sudah selesai?”

“…Eemm…iya.”

“Kebun mawar ibuku pasti sudah tertutup salju…”

“Benar..kalau kau tidak mau suasana hangat ini hilang…”

***

*BRAAAAK*

Di kegelapan, muncul sesosok laki-laki dewasa, namun bukan orang yang tadi menculik anak itu. Dari seberkas cahaya dari luar, Mia bisa mengenal sosok itu.


“Ketua?”


Tanpa berkata apa-apa, laki-laki itu langsung menggendong Mia dan berlari menembus hutan belantara

menuju markas. Mia sendiri akhirnya tertidur pulas. Ia langsung ingat, ia sudah melanggar janjinya kemarin kepada orang yang menyelamatkannya sekarang.


“Kamu jangan sekali-kali hendak keluar dari sini, walaupun hanya satu meter dari kawat berduri!”


Walaupun Mia dengan jelas mendengarnya, anak itu merasakan beban yang terlalu berat di wilayah ini. Ia tidak bisa keluar, namun sepanjang hari yang diterimanya adalah caci maki orang yang tidak sekalipun ia kenal. Walaupun sebenarnya anak itu tidak tahu mereka telah mengetahui identitas anak itu yang sebenarnya dan sangat mengkhawatirkan keadaan anak itu, terlebih jika suatu saat anak itu dijemput “keluarganya”.

Seberkas sinar fajar membangunkan tidur anak itu, ia tidak tahu berapa kilometer laki-laki itu berusaha kembali ke markas dengan membawa seorang anggota yang hampir dinyatakan hilang. Saat ia tersadar, banyak orang menantinya, membuatkan ia makanan dan minuman walaupun hanya seadanya dan membacakannya sebuah cerita. Ia tengah terbaring, lalu seorang wanita menghampirinya.


“Maafkan kami…hanya ini yang bisa kami lakukan…”

“…?”

“Kau menderita di sini?”


Mia mengangguk. Anak itu berharap wanita itu tidak segalak ketua tadi.


“Kau tahu anak itu kan?”

“Siapa?”

“…Shiroi…”

***

Suasana kembali ke sebuah taman mawar yang tertutup salju, di sudut labirin ada orang yang menanti gadis itu sambil duduk di kursi taman. Mia tidak langsung menghampirinya, ia memetik sebuah bunga mawar dan membersihkannya dari gumpalan salju hingga tersisa sedikit salju yang menutupi mahkota bunganya. Kepalanya tertunduk.


“Di bawah pohon…?”


Lalu ia menengadah sambil berjalan ke arah seseorang yang ada di depannya. Gadis itu melihat rumah di belakangnya, sejenak sebelum ia menyadari orang itu sudah menghampirinya duluan. Sebuah rumah yang sangat besar dan megah, namun seperti tidak berpenghuni.


“Mia Concourie…ingat aku?”


Mia menengok ke belakang dan langsung mengangguk di tengah hujan salju yang terasa hangat. Gadis itu langsung dihampiri oleh temannya yang lain.



“Rika?”

“Hmm…kau masih ingat, mimpi apa semalam?”

“Se…semalam?”

“Oo…jangan-jangan mimpi bertemu laki-laki ini ya?”

“Eeeh…enggak, aku hanya bermimpi, indah walau akhirnya buruk.” Mia mencoba tetap tersenyum.

“Haah…Mia, kapan ingatanmu akan kembali?”

“Entahlah, kuharap secepatnya...”

“…”

“Aku ingin kembali lagi ke masa laluku…karena itulah aku terpaksa melupakan kalian…”


Semuanya tiba-tiba terdiam begitu saja. Mia menghela nafasnya, lalu berbalik dan pergi keluar dari lingkungan taman.

***

“Kau tidak tahu ya?”

“Kakak…aku tahu kok…kenapa kakak bisa tahu kalau aku mengenalnya?”

“Sebenarnya…”

“…?”

“Aku ini ibunya…”


Mia terdiam sesaat. Lalu, Shiroi yang sekarang tinggal dengan siapa? Batinnya. Namun, pada akhirnya ia bangun dari tempat tidurnya dan beranjak ke sudut kamar.


“Kalau kau bertemu dengannya…katakan…”

“…”

“Aku merindukannya…”


Setelah menatap wanita itu agak lama, Mia kembali melipat kakinya dan menangis di tengah kesepian. Ibu Shiroi? Gumamnya…

Seberkas sinar menjelang siang mulai menerangi kamar itu, tampak seperti sebuah ruangan sederhana dengan sedikit penerangan. Ada beberapa tempat tidur di tempat yang agak luas itu. Sementara itu, Mia kembali mengingat sosok anak itu saat pertama kali berkenalan.

Ia tidak mungkin menemui sosok itu sekarang…

***

“Mia…tunggu!”


Shiroi kecil berlari di tengah jalan yang tertutup salju, meninggalkan jejak yang agak jarang jaraknya. Anak itu terus berlari menuju arah Mia yang sekarang. Mia meneruskan berjalan menembus hujan salju yang perlahan membuat semua yang dilihatnya adalah gumpalan berwarna putih. Tak lama, anak itu langsung menghalangi Mia, membuat gadis itu berhenti berjalan di sudut perempatan.


“Haaah…capek…” Keluhnya polos.

“…?” Mia menatap anak itu bingung, lalu ia berjongkok.

“Mia…”

“Kau Shiroi kan?”

“Umm…iya.” Anak itu langsung mengangguk.

“…Ibumu merindukanmu. Jadi…maaf kalau aku melupakanmu.”

“Ini benar…Mia?”


Gadis itu tersenyum hangat.


“Kok…sudah besar?”

“…”

“Aku ingin Mia juga seperti ini sekarang…”

“…”

“Iya kak?”

“Kalau begitu…apa kita harus berjalan melewati jalanan ini…?”

“…?”

“Aku terlalu melupakan mereka, tapi aku tidak akan melupakanmu, kau mengerti?”


Mia mengusap rambut anak itu, lalu mencium keningnya. Sesaat kemudian, sosok anak itu menghilang dalam kabut salju dan berganti dengan seseorang yang ada di hadapannya sekarang. Mia berdiri, dan berbalik setelah memandang orang itu beberapa saat.


“Kak Mia?”


Mia segera berlari di tengah badai yang muncul secara tiba-tiba, tidak mempedulikan laki-laki itu yang terus mengejarnya. Ia tidak melihat sekalipun bahaya yang berada di depannya. Lalu, ia terjembab.

*GUBRAAAK*

Gadis itu terjatuh, kini posisinya tengkurap dan dimensi itu mengubah wujudnya kembali. Kini, ia tengah tengkurap di atas karpet di sebuah ruangan yang di sekelilingnya berpintu banyak. Ia bangun, lalu ia duduk di kursi yang berada di tengah ruangan itu.


“Mau kubuatkan sesuatu?”


Mia menggeleng, lantas ia menengadahkan kepalanya dan menatap seseorang yang berada di hadapannya.


“Ini ingatanku sekarang, saat aku bangun…aku mungkin tidak akan mengingatmu lagi.” Kata gadis itu dengan mimik serius.

***

Seorang pria berbadan tegap memasuki markas dengan wajah yang penuh dengan kecemasan. Di tangannya ada sebuah PC Tablet yang memberitahunya berbagai informasi. Lantas, ia menghampiri bawahannya.


“Mia harus dijemput sekarang, kita akan jadi sasaran penyerangan.”

“Ketua? Kenapa tiba-tiba berkata seperti itu?”

“Sebuah jaringan mafia hukum tidak akan membiarkan anak itu hidup, selama identitasnya ada.”

“Jadi?”

“Besok bisa jadi adalah waktu untuk nyawa terakhir kita bertempur. Setelah anak itu pergi, segera lakukan penyegelan terbaik di sekitar wilayah ini!”

“Baik, ketua!”


Tak lama, mobil jeep menembus hutan dan masuk ke area itu, mobil yang akan mengeluarkan Mia dari sana.


“Lupakan semua ini, kecuali hasil latihanmu, Mia…” Wanita itu terisak, lalu merangkul Mia erat.

***

Beberapa minggu kemudian…

Sebuah sedan hitam yang elegan tampak memasuki halaman rumah sakit. Sementara itu, Mia tampak berjalan menyusuri lorong setelah keadaannya pulih. Ingatannya dengan cepat sudah pulih kembali walaupun ia kadang benar-benar mendadak lupa akan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Akan tetapi, hal itu sebenarnya berlangsung hanya dua hari sejak ia dirawat di sana. Selebihnya hanya sandiwara.


“Ayo masuk, kita pulang ke rumah.”

“Baik…ibu…”


Gadis itu naik ke mobil, ia memakai blazer putih dengan kemeja hitam. Rok panjang hitamnya disingkapkan sekilas ketika ia akan duduk di jok belakang bersama ibu angkatnya. Tak lama, mobil itu mulai meninggalkan area rumah sakit.


“Ibu…”

“Shiroi mana?” Ibunya langsung panik.

“Dia sekolah dulu, nanti sore ia akan berkunjung.”

“…”

“Tumben ibu bertanya seperti itu, ada apa?”

“Berhati-hatilah…”

“Kenapa?”

“Ibu tidak tahu…tapi suatu saat dia akan lebih mempercayai orang lain selain kamu, Mia…”

“Maksud ibu?”

“…Ibu merasa…aneh dengan sikapnya sekarang, sebaiknya kau lanjutkan acara sandiwaramu.”


Mia terkejut, darimana ibunya bisa tahu? Batinnya.


“Selama orang itu masih hidup…kau jangan cepat percaya padanya.”

“…?”

“Suami Risa mulai berkhianat.”

***

Jumat, 25 Juni 2010

Kelakuan si Bobo XD

Sebenarnya ini bukan satu atau dua kali...
SERING banget! liat aja...
ngarep juga boleh ...tapi saya nggak akan memberikan kucing kesayanganku inii XD
Naah...sekarang...gimana kalau tiba-tiba dari keresek makanan nongol seekor kucing...?
Kalau kucing jalanan...rasanya nggak mungkin bakal kegirangan yaa...hehehe
Tapi ini nyata, si putih ini suka keluar masuk keresek!
Tadinya saya abis belanja, terus keresek digeletakin gitu aja di dapur, karena dikira makanan, saya taruh aja di sofa...taunya pas lagi nonton TV...ada yang empuk gitu. Eh, nongol deh :)

Is he cute? Too cute for me :)



Fufufu...
dia juga makan segala macam...
Tau peuyeum? Tape...gitu biasanya Peuyeum Bandung...
Tapi dia suka :D
aneh banget yaa???
Tapi kucing jaman sekarang bisa jadi omnivora juga...
hehehe...
nih saya share fotonya :))
Oya...itu t
angan mamihku...disamber juga sama tape-nya...
Sampai habis sebonggol gede *saya kalah telak*
Kucing saya yang satu ini bener-bener deh...


MASA JATAH SAYA DIHABISIN???!!!!!
*LOL*


Ini foto sama kakaknya...si Bubu :D Two little cats in my home yang suka ngacak-ngacak dan menghibu
r hati saya :)


Love you all :*

TROUBLESOME!!! (bisa dibalik juga)

Rasanya pengen teriak-teriak kemarin...SOME TROUBLE di penghujung acara perpisahan. BAKA! BAKA! BAKA! Capek saya teriak-teriak... =_=" rasanya kemarin itu panjaaaaaaang banget...ampun deh! Lebih parahnya saya sampai nggak berani main keyboard yang biasanya jadi bahan pelampiasan saya kalau lagi sebel. Tapi kalem aja, 3 juta itu nggak akan dibanting/dipencet dengan cara brutal. 3:)

22 Juni 2010

Saya baikan lagi sama teman saya dia bilang lupa tag saya sih, tapi dia jelas bener-bener lupa soalnya pas waktu itu ada di rumah teman saya, jam 11.30 ...bahkan dia jujur aja bilang kalau temen yang bahkan rumahnya jadi tempat kita mampir sebelum gladi bersih perpisahan ke sekolah itupun lupa di tag...nyanyanyanyanyaaaa.... XD
Sebelumnya, saya kabur dari bos saya...maksudnya teman dekat saya itu. Dia sampai nakut-nakutin ntar di rumah teman saya ada...hantuu (gini-gini saya takut banget sama yang namanya horor, tapi suka musik yang bertema dark...)
Sorenya...saya lumayan ga enak juga...saya ada masalah dan jadi agak sensitif sama bos saya, nanyain hal yang udah saya tahu dengan dalih bicara serius...itu kebodohan saya...
Karena ini salah saya juga...ujungnya minta maaf lagi...(untungnya dia tahu kalau saya lagi sensitif makannya nggak terlalu dilayani)
Bahkan waktu tanya marah apa nggak bilangnya: Ga bisa marah...
(masuk akalkah? tapi setiap cowok yang saya temui memang banyak yang kayak gitu)

23 Juni 2010

Hancur...udah! Nggak ada yang namanya senang-senang lagi! FINISH IT!
Dia dapat peringkat 3 besar, saya bangga juga, termasuk bangga dengan penampilannya waktu itu, tapi saya nggak bisa lama-lama tersenyum.
Saya nyamperin dia, terus dia ngenalin temannya...sesama anggota juga, tapi udah pindah ke sekolah lain. But...
temen-temennya malah "nagih" PJ (pajak jadian)

Padahal hubungan kita nggak kayak gitu

hampir setengah kelasnya...

AKU NGGAK TAU HARUS GIMANA...SPEECHLESS!!!
Aku di bawah dia sekarang, dia yang ngatur semuanya...salah juga, aku juga terlalu maksain diri aku yang cuma mau dapat "kenangan" walaupun sedikit.
Ujungnya, dia ninggalin saya di situ tanpa berkata apa-apa...cuma "Nanti aja deh..."
Aku nggak ngomong apa-apa langsung kabur ke mobil, COME BACK TO MY HOME...

Pulang, minjem hp tante...telepon dia...
"Lagi sibuk, nanti aja..."
ingin saya banting itu handphone...

24 Juni 2010

Saya coba hubungi dia...terserah mau dibales atau nggak, saya masih butuh dia.
Ternyata dibalas, dengan kata yang agak ramah dari kemarin, dia lagi sibuk, saya ogah balas...
Saya nge-sms adik angkat saya...cowok juga, tapi kebiasaan di manggil teteh artinya dia udah jadi anggota "keluarga" saya sekarang.
Berujung pada niat saya, ganti identitas...dan ngelupain dia. Tapi pas saya mau ngelakuin itu (ngelupain aja) saya malah nggak nyadar nelpon dia. Dia juga nanya : apa masalahnya? Terus aku jelasin...

Sama, aku juga kesel sama teman-teman yang udah nagih ini-itu nggak jelas...(PJ)

FINISH IT!!!

Saya bungkam mulut saya, kadang airmata nggak sengaja keluar untuk kondisi kayak gini. Untung lagi di rumah keponakan dan dia langsung menghibur saya. Ya..lain kali, walaupun satu SMA, saya nggak akan maksain lagi, saya punya tujuan baru sekarang tanpa ngelupain dia...
Ujungnya dia yang nyadarin tempe saya lagi naik (temperatur...).
Saya nggak minta maaf, mungkin dia udah paham duluan...

Malamnya saya mikir, toh hari Minggu nanti kita sama-sama di luar kota. Aku bakal ngeluapain semua...walaupun mungkin aja kalo soal oleh-oleh...
Saya sedikit suka kamu...sebagai teman yang paham kata-kata saya
Hanya tiga orang yang nagih saya, berhubung jomblo semua sekarang...tapi mereka lebih banyak pengalaman dibanding saya :'( I just 14, you 15, and my friends is 15 and 16...So, why I said: I'm youngest and I'm beginner.
Saya sms dia, mau tahu dia balas atau nggak, saya ngesms jam 21.15 WIB
nggak tau kapan dia bakal bales...percuma saja menanti...

Nggak apa-apa, kita nggak pacaran titik!
Saya cuma interpretasi dari orang yang kenal sifat kamu, sampai sifat aslinya...dan kenapa berujung dengan kamu yang agak ngatur, saya anggap biasa.


Kamu juga punya orang, ngapain saya ribut? Saya ini orang lain yang lebih mirip anak kecil, tapi bukan berarti saya nggak bisa dewasa. Sekarang, aku dan tiga temenku itu jomblo semua...mereka menganggap aku ini (yang lebih muda dari mereka) sebagai cewek paling ngerti tentang itu semua (walaupun aku nggak ngerti pacaran dan ga pernah ngerasain).

Tapi, asal kamu tahu, tujuan aku nanti bukan kamu...tapi bukan berarti aku ngelupain semua kenangan itu. Aku mau ngejar semuanya, terserah apa ujungnya...tapi aku berharap happy ending

22.06 WIB -bikin status...
walaupun saya juga mau tanya: apa maksudnya? ini jelas berkaitan dengan tadi...

25 Juni 2010

Aku bangun...dipaksa mamih benerin file nya...jelas-jelas aku ngantuk, tapi mamih maksa. Setengah nyadar aku liat layar komputer...laptopnya BENER-BENER LELET!!!
Dan nyadar ketika bilang : "Banyak file images nya, ga keitung."

Rasanya saya jatoh dari posisi berdiri saya sekarang...

Kurang tidur, dipaksa bangun, dikasih sarapan seadanya...(walaupun enak...tetep aja enek)
Tidur lagi...belum mandi, kepala rasanya kayak diputar-putar :'((

Bangun tidur, niatnya mau mandi...langsung sambar HP...
Balasan 25 Juni 2010 05:54
Pesan saya tadi baru dibalas...bahasanya ramah banget :))))))
Saya langsung menghela nafas dan bersyukur...ini semua ujian...

Sekarang, saya udah bisa tersenyum...minimal lupain yang kemarin (capek, sehari serasa setaun)...kondisi sudah balik ke semula...dan siap mainin lagi lagu di keyboard saya.
Semoga seterusnya tidak ada masalah lagi...Ya Allah...makasih udah nguji saya...karena itu saya semakin bisa berpikir dewasa dan mempunyai banyak teman...


Arigato gozaimasu...thanks a lot...makasiiih banget.... :D
Semoga saya bisa mencapai cita-cita saya dengan menghadapi semuanya dengan rasionalitas dan pikiran dewasa saya...

I will hope...
I will help...
I will go...
I will get back...my pride :D

Kamis, 24 Juni 2010

(RED) Part 6: Shiroi [blank]

Grace yang tiba-tiba muncul dengan wujud Desta merapat ke dinding, membiarkan Shiroi untuk melangkah terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi Mia. Mereka berusaha melangkah tanpa suara sehingga kemunculan Shiroi cukup membuat Sierra yang baru keluar dari ruangan tanpa menutup pintu ruang Konseling terkejut. Namun, Shiroi lebih terkejut lagi saat kalung yang dipakai Mia sudah ada di tangan Sierra, lengkap dengan ekspresi Sierra yang gugup dan menangis. Ia hendak pergi, namun tubuhnya membeku saat melihat Shiroi.


“Kembalikan.”

“I…ini…pemberianmu?” Tanyanya sambil memberikan kalung itu.

“Ya...karena aku tidak mau tahu siapa yang akan membunuh majikanku.”

“Aku...”


*PLAAAK*


Seorang gadis muncul dan langsung menampar Sierra. Shiroi langsung masuk ke ruangan Konseling dan terkejut saat menemukan tubuh “nona besarnya” sudah membeku seakan tidak bisa bergerak lagi. Namun, detak jantungnya masih ada. Lantas Shiroi menggendongnya ke ruang loker. Di koridor, anak-anak yang lain tampak terdiam, lalu perlahan mengikuti dengan berpencar. Sementara Grace menghadapi Sierra untuk membalas rasa sakit hatinya.


“Desta?! Kamu tahu apa sebagai adik kelas hah?!”

“Kamu juga tahu apa sebagai pengincar harta?!”


Perlahan bola mata Desta berubah menjadi cokelat terang. Ia melayangkan beberapa serangan ke arah Sierra.


“KAMU SIAPA?!”

“Grace…”


Gadis itu menonjok muka Sierra. Fisik Desta yang terbiasa bergerak agak lamban memang agak tidak nyaman untuk melakukan berbagai serangan. Namun apa boleh buat, keadaan sempit dan hanya inilah yang bisa Grace lakukan, demi “adiknya” dan demi keluarga yang ia sayangi.


“Kamu pikir aku akan minta maaf semudah itu? JANGAN HARAP!”

“JANGAN HARAP AKU AKAN MEMAAFKANMU JUGA!!!”


Serangan demi serangan mengenai tubuh Desta, bagian lengan akhirnya dikorbankan untuk tersayat. Grace meringis sakit, namun ia kembali mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu saat nyawanya diincar. Akhirnya, ia bisa melancarkan serangan dan menutup saluran nafas Sierra. Berakhir dengan jatuhnya tubuh Sierra ke lantai dengan keras, namun ia masih hidup.


“Grace…”

“Aku sudah memaafkanmu…kau juga masih pantas untuk hidup…”

“Gra…ce…”

“Lupakan…lupakan masa lalumu…lupakan perintah itu…”


Grace menatap mata yang perlahan menyipit itu lekat, ia berencana akan mengubah identitas orang itu. Agar suatu saat tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak ia inginkan.

***

Shiroi mencoba untuk berkomunikasi dengan Rio. Tampaknya, semua temannya seperti tengah dikontrol oleh seseorang. Karena tidak sabaran, ia akhirnya menjitak Rio agar mengikutinya dengan cara biasa, bukan mengendap-endap seperti penjahat. Namun, cara itu akhirnya berhasil menyadarkan Rio dan anak-anak yang lainnya. Pada akhirnya, mereka hanya bisa bertanya-tanya saat seseorang muncul di depan mereka.


“Ayah?”

“Shiroi…bisa serahkan perempuan itu?”

“…?”

“Arie, Nel…paksa dia!”


Ayah angkat Shiroi akhirnya menghilang pergi saat dua orang itu menyerang, namun dihadang Rio dan Rika. Akhirnya, mereka bekerjasama dan dua orang itu berhasil dikalahkan. Lalu, Shiroi membawa Mia ke ruang loker diikuti Grace dan Sierra yang setengah tidak sadar. Lalu, ia mengalungkan kembali kalung itu dan menelpon supir pribadi Mia untuk membawanya ke rumah sakit terdekat.

***

“Shiroi, bawa Mia ke rumah sakit di sekitar perkantoran. Sierra, ikut aku!”

“Ki…kita kemana?” Sierra tampak kelelahan.

“Salon.”


Sierra terdiam sejenak saat Leon melambaikan tangannya ke arah Grace, namun perempuan itu balas melambai walaupun ia tidak tahu mengenai hubungan Desta dan Leon.


“Grace…”

“…?”

“Kamu mau apa? Janji nggak akan membunuhku!”

“Nggak…aku nggak akan menyerang kalau kau tidak menyerang duluan, Mia juga seperti itu…mengerti?”

“…Ya…akhirnya aku tahu kalau semua ini sia-sia.”

“Jangan kembali ke rumahmu, di dekat rumahku ada sebuah rumah kosong…jangan kembali ke keluargamu…lupakan mereka.”

“Ke…napa?”

“Asal kau tahu…mungkin ada banyak rahasia yang dipendam orangtuamu tentang kau.”

“…”

“Nanti saja, kita tidak punya banyak waktu!”


Mereka langsung berlari menembus jalan tikus (jalan pintas yang sempit) menuju pusat kota. Tak lama kemudian mereka membaur dengan orang-orang yang pergi ke mal untuk berbelanja dan masuk ke salon yang berada di lantai tiga mal tersebut.

***

Rika yang ikut ke rumah sakit segera masuk ke ruang Unit Gawat Darurat. Di sana, Mia langsung dibawa ke ruang ICU dan segera ditangani oleh beberapa dokter spesialis syaraf. Beberapa saat Rika menunggu, belum ada dokter yang keluar juga. Namun, saat Shiroi muncul dari ruangan ICU, tampaknya Rika menduga ia takkan memberikan kabar baik.


“Shiroi?”

“Tampaknya…kita harus kehilangan dia.”

“Ma…Maksudmu?”

“Kondisinya masih kritis dan…”

“…Apa?”

“…Mia kehilangan ingatannya, seperti data yang terhapus bersih.”

“A…Apa?!”


Rika tampak kaget, namun ia tak bisa membayangkan juga jika teman-temannya dan keluarga Mia mengetahui hal ini, terutama Desta. Gadis itu langsung terduduk di lantai dan menahan beban dengan tangannya. Sesaat kemudian, ia menatap Shiroi dengan pandangan penuh kecurigaan.


“Kamu nggak bohong kan?”

“Nggak…aku dengar dari dokter yang menanganinya tadi.”


Rika meraih kursi tunggu dan perlahan ia duduk kembali di kursi itu. Matanya menangkap sesuatu di tas Mia yang tadi dibawanya. Hanya Rika yang tidak terpengaruh “hipnotis” yang membuat seluruh temannya berkelakuan aneh, dan dia tahu kalau Shiroi hanya berpura-pura terhipnotis saat kejadian itu terjadi. Termasuk Desta, gadis itu tidak menyadari apapun sekalipun sejak tadi ia dan Mia berada di ruang musik bersama Rika. Di dalam tas itu terdapat sebuah buku tebal. Sekilas, Rika melihat catatan yang berada di dalamnya, lalu ia menyerahkan buku itu kepada Shiroi.


“Ini…mungkin bisa membantu.”

“Benturan di kepala…”

“…Kamu ngomong apa sih? Ini buku hariannya.”

“Ng…maaf, aku agak kepikiran…”

“Nih, kalau sekalian mau bantu juga.”

“Bantu?”

“Mengembalikan ingatannya.”

“…Belum tentu…belum tentu namanya sekalipun ia ingat…”

“Hubungi ibunya…aku mau bicara.”

“Kenapa?”

“Aku tahu walaupun ia bukan anggota keluarga yang asli, ia tetap membutuhkan bantuan mereka.”

“…”

“Aku harap…ingatannya bisa cepat kembali dengan semua ini…”

“Kau ingin mencuci otaknya?”

“Nggak…tapi aku ingin dia bisa mengingat kita lagi…Kau sendiri tidak mau kehilangan dia ‘kan?”

***

“Graace…ini siapa yang bayaar?” Sierra mulai kesal dengan sikap Grace yang diam saja saat rambutnya mulai dipotong pendek, dicat, dan diluruskan.

“Aku…udah deh, aku yang tanggung semuanya!”

“Nggak pakai uang Desta kan?”

“Nggak lah…aku juga masih punya simpanan tahu!”


Beberapa saat kemudian, proses selesai dan Grace berbisik ke pemilik salon untuk soal bayarannya. Salon ternama itu memang pasang tariff sesuai dengan hasil kerjanya. Karena itu, asalkan pengunjung bilang kalau hasilnya sempurna, otomatis tarif yang diberlakukan juga ikut naik. Setelah memberikan sesuatu kepada pemilik salon, Grace dan Sierra segera turun lewat tangga darurat.


“Sekarang kita ke mana?”

“Spesialis bedah plastik.”

“HAH?! Emang mukaku segitu ancurnya ya?” Kata Sierra sambil menengok kanan-kiri ke kaca yang tembus pandang di depan sebuah butik.

“Nggak, kamu tadi kena pukulan beberapa kali…juga untuk proses selanjutnya.”

“Maksudmu?”

“Hanya interogasi kecil, tidak usah khawatir.”

“Kau…”

“Ya, hari sudah semakin malam dan aku belum tahu kondisi Mia sekarang, selain itu aku juga belum menjelaskan tentang ambisi keluargamu.”

“Ambisi?”

“Ya…kau ini sebenarnya anak angkat, sama dengan Mia.”

“Anak…angkat?!”

“…Ya, sebenarnya wajahmu tidak familiar di otakku.”

“Lalu…kau juga menerapkan hal yang sama pada Mia?”

“Nggak, pada dasarnya ia juga mempunyai kedudukan yang sama denganku sebagai pewaris sebuah keluarga…tapi aku ingin masalah dengan keluargamu cepat selesai.”

“…”

“Kau sudah dicuci otak…Sierra, nama aslimu adalah Teera.”

***

“Belum sadar juga?”


Rika yang memakai pakaian seperti di ruang operasi membetulkan letak kacamatanya. Walaupun Mia belum sadar juga, ia tetap menunggu bersama Shiroi dan dokter yang lain sambil menunggu “kepulangan” Desta.


“Butuh waktu yang agak lama…” Kata salah seorang dokter.

“Sampai malam ini juga?”

“…”

“Apakah ingatannya benar-benar terhapus sejak ia masih kecil…atau…”

“Tidak…mungkin ia akan mengingat hal yang ingin diingatnya dan melupakan hal yang ingin ia lupakan.”

“Apa ia akan melupakan teman-temannya?”

“Belum tentu…kalau ia sadar, pertanyaan yang harus kalian ajukan…”

“Apa?”

“…’Siapa namamu?’ cukup seperti itu, untuk hal lain…kami serahkan pada kalian sebagai teman dekatnya.”

“Ng…terima kasih…Dok…”


Rika menatap wajah Mia, ia tampak tertidur. Tapi, bukan berarti ia takkan mengingat apa pun. Mia yang sekarang ini lebih mirip seseorang yang mencoba untuk mengingat masa lalunya…hanya hal itu yang terbaca di benak Rika. Sementara itu, Shiroi masih sibuk membaca buku harian Mia (yang lebih mirip sebuah buku cerita) dan sesekali ia tersenyum, namun kadang wajahnya berubah saat membayangkan keadaan Mia saat ia tengah kesepian di kamarnya, karena seluruh ingatannya tampak dimemorikan di buku itu.

***

“Ini rumah barumu, Seera.”


Wajah gadis itu tampak cerah, seakan melihat harapan barunya di malam yang semakin gelap. Wajahnya lebih cerah daripada saat ia masih beridentitas sebagai Sierra, tampaknya ia mulai mengingat masa lalunya dan ingin menemui seseorang yang dirindukannya.


“Terimakasih…aku berhutang banyak padamu, Grace.”

“Ada dua pembantuku yang siap melayani, kau juga punya pekerjaan sampingan sekarang.”

“Terimakasih…kau sudah menolongku…”

“…”

“Sampaikan permintaan maafku pada Mia, Sierra memang…”

“Sebaiknya kau tidak mengingat itu lagi.” Kata Grace tegas. Ia tidak mau kalau sampai sosok Sierra itu kembali. Selain itu, perempuan ini sebenarnya ingin “kembali” ke masa lalunya setelah ia mengetahui tentang obsesi keluarga angkatnya.

“Perkenalkan…nama asliku Desta, panggil saja aku begitu…”

“…”

“Ya…dia suka main ke sini…dengan Shiroi dan Mia, ke kebun mawar di samping rumah ini.”

“Em…aku jadi ingat laki-laki itu…”

“Siapa?” Grace berharap perempuan ini tidak akan menyebut nama Shiroi lagi.

“Seorang kakak yang tidak ingin diakui oleh adiknya…Shuri namanya”

“Baiklah…aku akan pergi sekarang. Masuklah ke rumah barumu, kau aman sekarang.”

“Tapi orang itu…”

“Kalau kau ingin bertemu dengan dia…tunggu sampai ingatan Mia kembali, ia bisa menolongmu untuk mencari orang itu…”

“Baik! Makasih ya…”


Grace mengangguk. Lalu, ia berlari dan menjatuhkan diri di bangku taman. Jam menunjukkan pukul 8 malam. Lima detik sejak ia pingsan, lalu terbangun lagi sebagai Desta.


“Di mana aku?”

Perempuan itu langsung meraih telepon genggamnya.

“Leon…jemput aku di rumah Mia.”

“Baik!” Kata suara di seberang.

“Bagaimana…keadaan Mia?”

“Belum sadar…aku di rumah sakit sekarang.”

“HAH?! Jadi…”

“Aku jemput kau sekarang.”

***

Berkat Desta, Leon akhirnya terpaksa menunggu di luar ruang ICU sambil menjaga barang-barang milik Desta, termasuk tas berisi gitar akustiknya. Sementara di ruang ICU sendiri, dokter akhirnya menyatakan bahwa sebentar lagi Mia akan sadar, karena detak jantungnya sudah normal dan keadaannya sudah membaik. Akhirnya, ia dibawa ke ruang VIP rumah sakit oleh beberapa perawat yang juga menanganinya. Hari sudah mulai malam saat anak-anak itu baru boleh masuk ke ruangan setelah menghubungi orangtua mereka masing-masing. Sementara itu, Leon memilih menunggu di luar sambil memandangi taman di depan ruangan itu. Di dalam ruangan, lima menit mereka menunggu yang terasa cukup lama bagi mereka. Akhirnya, Mia mulai bisa membuka matanya dan melihat orang-orang yang di sekitarnya dengan jelas.


“Siapa namamu?” Tanya Shiroi sesaat setelah gadis itu memandangi sekitarnya termasuk pakaiannya.

“…” Mia membisu, ia tidak tahu harus berkata apa.

***

Beberapa hari sebelumnya…

Mia tampak menunggu bis yang lewat di halte sambil membaca buku catatan biologinya. Sejenak ia menatap jalan yang cukup ramai saat angin berhembus agak kencang. Pembatas bukunya terbang dan membentur sebuah tiang rambu lalu lintas. Saat ia mengambil pembatas buku itu, tempat duduknya tadi ada yang menduduki. Mia pun duduk di samping perempuan itu. Dari sosoknya, wanita itu tampak dewasa seperti layaknya orang yang baru selesai kuliah di kampusnya.


“Ini…Mia ‘kan?”

“Iya…kakak siapa?”

“Aku…Lyna, sengkatan dengan Grace dulu…kenapa kau sendirian?”

“Aku menunggu bis yang lewat, aku ada keperluan yang agak mendadak. Jadi aku tidak dijemput ataupun pulang bersama teman-teman.”

“Oh…Grace mana?”

“Kak Grace sudah…” Mia tidak melanjutkan ucapannya, ia terdiam.

“…Kamu nggak bilang kalau yang bunuh diri di depan kantor ayahnya itu dia kan?”

“Kakak mungkin lebih tahu soal Kak Grace.”

“…?”

“Iya…Kak Grace sebenarnya dibunuh…”

“Apa maksudmu? Bukankah adik ini teman baiknya?”

“Ya…karena Kak Grace sebenarnya menderita …”

“Psikologis?”

“Iya, kakak temannya?”

“Begitulah…Grace tidak pernah menganggapku sebagai temannya.”

“Tapi…Kakak bilang ia tidak punya teman, dulu kami berkenalan di sini saat aku akan pulang ke rumah.”

“…Sikapnya angkuh, akhirnya kami jadi segan mendekatinya.”

“Kakak sebenarnya nggak sesombong yang orang duga, menurutku…kakak baik hati dan mau terbuka kepada siapapun yang dianggapnya sebagai teman.”

“Ya…andai kami bisa bersabar saat itu, mungkin ia akan mempunyai banyak teman.”

“Sabar?”

“Ya…waktu itu kami hanya menganggapnya murid pindahan yang harus dipaksa bersosialisasi.”


Mia menengadah, di seberang jalan ia melihat sesosok orang yang sangat mirip dengan Shiroi. Pakaiannya putih-putih, sepertinya ia adalah seorang dokter. Orang itu lebih tinggi sedikit dari Shiroi dan pembawaannya terlihat tenang. Tak lama, orang itu menyebrangi jalan dan duduk di samping Mia.

***

Suasana masa lalu, sebuah gedung sekolah yang mirip dengan gedung sekolah Mia sekarang. Namun, orang-orang di sana tampak ramai dan tengah menunggu seseorang. Sesaat kemudian, mereka masuk ke sebuah kelas yang cukup luas. Tak lama, seorang murid baru masuk ke kelas itu.


“Selamat pagi…teman-teman, namaku Grace, aku pindahan homeschooling dan akan mulai belajar di sini…terima kasih.”


Anak-anak itu malah sibuk mengobrol, tidak ada yang menanggapi suara anak itu. Sejenak, anak itu merenggut rok bercorak kotak-kotaknya. Lalu ia berteriak.


“KALIAN MENDENGARKU TIDAK? AKU GRACE, PEWARIS KELUARGA GRACEWEALTH!!!”


Semuanya tiba-tiba terdiam. Lalu, Grace langsung duduk di sebuah bangku yang kosong. Tak lama, ia menangis walau suara tangisannya tidak terlalu terdengar sementara murid-murid lain malah mentertawakannya.

***

Setelah bertanya dengan pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali, Shiroi yang masih belum menyerah dengan membisunya Mia kembali mengulang pertanyaan yang sama.


“Siapa namamu?”


Mia tampak seperti mengingat sesuatu, namun ia seperti ketakutan melihat wajah Shiroi. Ia mencoba membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu, namanya.


“Mi…Mia…Mia Concourie…Concourie…Mia Concourie…” Katanya berulang ulang.

“Kau tahu…siapa aku?”


Mia menggeleng. Wajahnya masih tampak ketakutan, dalam kondisinya yang berbaring, ia mengepalkan tangannya dan berpegangan ke sprei kasur itu.


“Ka…kau sen…sendiri si…siapa? K..kau…ti…dak akan mm…membu…nuhku k..kan?”

“Tidak…kenapa kau ketakutan?”

“Aa…akk…ku…tt…ak…ut…”

“…”

“Kk…au…ngh!”


Mia yang masih tampak ketakutan tampak memaksakan diri. Bibirnya terlihat kering. Desta langsung menyodorkan minum. Setelah bangun dan meminum air itu, pandangan Mia tampak lebih jelas sekarang. Ia lega, laki-laki yang ada di hadapannya bukan laki-laki yang menculiknya di kampiun militer. Mia merasa lega, namun kondisinya belum pulih, lalu ia menunjuk semangkuk bubur yang ada di meja.


“Maa…kan…aku…mau makan…”


Rika langsung membawakan dan hendak menyuapi Mia. Berpikir bahwa yang di hadapannya adalah pelayannya dulu di rumah, ia langsung terperanjat.


“Kiara…bukannya kita nggak pernah punya pelayan laki-laki?”

“Ini Shiroi.” Kata Rika kemudian.

“Shii…ro…?”

“Dasar bodoh! Dia nggak akan ingat tahu!” Sela Shiroi, membuat Mia melihat mereka dengan penih kebingungan.

“Aa…nu…?”

“…”

“Ngh!”

“Mia?” Desta meraba bagian kepala Mia yang masih terasa bagai membeku.

“Ss…Siapa kau?”

“Desta…yang ini Rika…yang ini Shiroi…kami semua temanmu.”

“Aku tidak satu sekolah dengan kalian…” Nada bicara gadis itu mendadak penuh tanya.

“Mia…kami teman sekelasmu…kamu kelas satu di sekolah menengah atas…mengerti?”


Mia menggeleng. Lalu ia tampak mempertanyakan sesuatu. Ia menekan pinggir tempat tidur.


“Piano?” Tanya Desta, Mia mengangguk.

“Itu ada di rumahmu…”

***

Di perjalanan…

Ibu angkat Mia terus menatap bahu jalan dengan perasaan campur aduk. Sementara suaminya menyetir dengan agak terburu-buru. Rasanya, baru kemarin ia menyaksikan “perkembangan” anak angkatnya dan sekarang, ia terpaksa harus mengulangi semuanya dari nol, dari saat mereka bertemu untuk pertama kalinya.


“Nyonya besar?”

“…”

“Anda…”

“Tidak, aku tidak apa-apa…”


***